Sunday, May 2, 2010

Warga Baru SH Terate


Warga Baru SH Terate
Ilir-ilir
Lir ilir tandure wus sumilir
Tak ijo royo-royo
Tak sengguh temanten anyar
Bocah angon bocah angon penekno blimbing kuwi
Lunyu-lunyu penekno kanggo mbasuh dodot-iro
Dodot-iro dodot-iro lumintir bedah ing pinggir
Dondomono jlumatono kanggo sebo mengko sore
Mumpung jembar kalangane
Mumpung padhang rembulane
Yo surako
Surak: Hoooorrreeeeee

Sunan Ampel
Lho, ini kan lagu kebangsaanku sewaktu kecil dan masih tidur di langgar…. Senang sekali rasanya menyanyikan lagu ini meskipun tidak tahu maknanya. Saya pernah mendengar makna yang tersirat dari penjelasan para sesepuh kurang lebih begini :
> Ilir-ilir, ilir-ilir
> tandure wus sumilir
> tak ijo royo-royo
> tak sengguh temanten anyar

Bait di atas di atas secara harafiah menggambarkan hamparan tanaman
padi di sawah yang menghijau, dihiasi oleh tiupan angin yang
menggoyangkannya dengan lembut. Tingkat ke-muda-an itu dipersamakan
pula dengan pengantin baru. Jadi ini adalah penggambaran usia muda
yang penuh harapan, penuh potensi, dan siap untuk berkarya.

> Bocah angon, bocah angon
> penekno blimbing kuwi
> lunyu-lunyu penekno
> kanggo mbasuh dodot-iro

Anak gembala,
panjatlah [ambillah] buah belimbing itu [dari pohonnya].
Panjatlah meskipun licin,
karena buah itu berguna untuk membersihkan pakaianmu.

Buah belimbing yang seringkali bergigir lima itu melambangkan lima
rukun Islam; dan sari-pati buah itu berguna untuk membersihkan
perilaku dan sikap mental kita. Ini harus kita upayakan betapapun
licinnya pohon itu, betapapun sulitnya hambatan yang kita hadapi.

Anak gembala dapat diartikan sebagai anak remaja yang masih polos
dan masih dalam tahap awal dari perkembangan spiritualnya. Konotasi
inilah yang sering muncul seketika bila orang Jawa menyebut ‘bocah
angon’. Namun pengertiannya dapat pula ditingkatkan menjadi
pemimpin, baik pemimpin keluarga, tokoh masyarakat, ataupun pemimpin
formal dalam berbagai tingkatan dari ketua RT sampai pimpinan
negara.

> Dodot-iro, dodot-iro
> kumitir bedah ing pinggir
> dondomono, jlumatono
> kanggo sebo mengko sore

Pakaianmu berkibar tertiup angin, robek-robek di pinggirnya.
Jahitlah dan rapikan agar pantas dikenakan untuk “menghadap” nanti
sore.
“Sebo” adalah istilah yang dipergunakan untuk perbuatan ‘sowan’
atau menghadap raja atau pembesar lain di lingkungan kerajaan.

Makna pakaian adalah perilaku atau sikap mental kita.
Menghadap bermakna menghadap Allah.
Nanti sore melambangkan waktu senja dalam kehidupan, menjelang
kematian kita.

> Mumpung padhang rembulane
> mumpung jembar kalangane

Manfaatkan terang cahaya yang ada, jangan tunggu sampai kegelapan
tiba. Manfaatkan keluasan kesempatan yang ada, jangan menunggu
sampai waktunya menjadi sempit bagi kita.

> Menurut kasetnya Emha Ainun Najib kurang lebih sbb :
>
> Negeri yang amat kaya raya namun dimanage dengan buruk….. Bocah
> angon (penggembala kebangsaan, pemimpin nasional, bukan pemuka
> gerombolan atau tokoh golongan) yang harus memanjat pohon selicin
> apapun untuk memperoleh blimbing yang bergigir lima…..Sari
> blimbing ini dipakai untuk mencuci pakaian nasional yang
> robek-robek (krisis moral yang melahirkan krisis
> politik)…..Mumpung padhang rembulane, mumpung jembar
> kalangane..sepanjang masih sangat mungkin krisis ini diatasi…

Tafsir Cak Nun ini merupakan tafsir kontemporer yang disesuaikan
dengan kondisi sekarang, dan dialamatkan kepada para pemimpin bangsa
atas kerusakan moral yang terjadi pada bangsa kita ini. Kelak, kita
boleh saja menafsirkannya ke dalam situasi baru yang muncul
kemudian.

Warga Baru SH Terate

MAKNA DAN ARTI HIDUP (Filosofi Orang Jawa)


MAKNA DAN ARTI HIDUP (Filosofi Orang Jawa)



ORANG JAWA PADA ZAMAN DAHULU SELALU MENGGUNAKAN FILOSOFI/ UNEN-ENEN UNTUK MENATA HIDUP, DAN MENERAPKANNYA DALAM KESEHARIAN, MAKA DARI ITULAH ORANG JAWA DAHULU TERLIHAT LEBIH SANTUN DARI PADA JAWA SEKARANG YANG TELAH MEJADI JAWA MODERNISASI, YANG LEBIH MENGUTAMAKAN EGO DAN KESENANGAN SENDIRI KARENA HANYA MEMPELAJARI PENDIDIKAN DALAM BANGKU SEKOLAH SAJA, MUNGKIN PERLU ADANYA PEMBELAJARAN PADA PEMUDA-PEMUDI DI JAWA SEKARANG, TENTANG MAKNA DAN ARTI HIDUP YANG SEJATI DENGAN BANTUAN FILOSOFI JAWA TERSEBUT. KATA ORANG TUA DULU YANG SERING TERLONTAR BUAT ANAK-ANAK MUDA SEKARANG WONG JOWO NANGING RA JAWANI YANG ARTINYA ORANG JAWA TAPI TIDAK MENGERTI DAN MEMAHAMI MAKNA DAN TATANAN JAWA DWIPA. DAN INI SEDIKIT FILOSOFI JAWA, MUNGKIN BISA MENGINGATKAN DAN MEMBUKA HATI PARA MUDA-MUDI JAWA TENTANG KEINDAHAN JAWA DENGAN FILOSOFINYA.

1. Ngluruk Tanpa Bala, Menang Tanpa Ngasorake, Sekti Tanpa Aji-Aji, Sugih Tanpa Bandha (Berjuang tanpa perlu membawa massa; Menang tanpa merendahkan atau mempermalukan; Berwibawa tanpa mengandalkan kekuasaan, kekuatan; kekayaan atau keturunan; Kaya tanpa didasari kebendaan)

2. Datan Serik Lamun Ketaman, Datan Susah Lamun Kelangan (Jangan gampang sakit hati manakala musibah menimpa diri; Jangan sedih manakala kehilangan sesuatu).

3. Sepi ing Pamrih Rame ing Gawe, Banter tan Mbancangi, Dhuwur tan Ngungkuli (Bekerja keras dan bersemangat tanpa pamrih; Cepat tanpa harus mendahului; Tinggi tanpa harus melebihi)

4. Aja Gumunan, Aja Getunan, Aja Kagetan, Aja Aleman (Jangan mudah terheran-heran; Jangan mudah menyesal; Jangan mudah terkejut-kejut; Jangan mudah kolokan atau manja).

5. Aja Ketungkul Marang Kalungguhan, Kadonyan lan Kemareman (Janganlah terobsesi atau terkungkung oleh keinginan untuk memperoleh kedudukan, kebendaan dan kepuasan duniawi).

6. Aja Kuminter Mundak Keblinger, Aja Cidra Mundak Cilaka, Sing Was-was Tiwas (Jangan merasa paling pandai agar tidak salah arah;Jjangan suka berbuat curang agar tidak celaka; dan Barang siapa yang ragu-ragu akan binasa atau merugi).

7. Aja Milik Barang Kang Melok, Aja Mangro Mundak Kendo (Jangan tergiur oleh hal-hal yang tampak mewah, cantik, indah; Jangan berfikir mendua agar tidak kendor niat dan kendor semangat).

8. Aja Adigang, Adigung, Adiguna (Jangan sok kuasa, sok besar, sok sakti).

9. Sing Sabar lan Ngalah Dadi kekasih Allah (Yang sabar dan mengalah akan jadi kekasih Allah).

10. Sing Prihatin Bakal Memimpin (Siapa berani hidup prihatin akan menjadi satria, pejuang dan pemimpin).

11. Sing Resik Uripe Bakal Mulya (Siapa yang bersih hidupnya akan hidup mulya).

12. Sura Dira Jayaningrat, Lebur Dening Pangastuti (Keberanian, kekuatan dan kekuasaan dapat ditundukkan oleh salam sejahtera).

13. Sura Dira Jayaningrat, Lebur Dening Pangastuti (segala sifat keras hati, picik, angkara murka, hanya bisa dikalahkan dengan sikap bijak, lembut hati dan sabar)

14. Memayu Hayuning Bawana, Ambrasta dur Hangkara (Manusia hidup di dunia harus mengusahakan keselamatan, kebahagiaan dan kesejahteraan; serta memberantas sifat angkara murka, serakah dan tamak).

15. Urip Iku Urup (Hidup itu Nyala, Hidup itu hendaknya memberi manfaat bagi orang lain disekitar kita, semakin besar manfaat yang bisa kita berikan tentu akan lebih baik, tapi sekecil apapun manfaat yang dapat kita berikan, jangan sampai kita menjadi orang yang meresahkan masyarakat).

16. Memayu Hayuning Bawana, Ambrasta dur Hangkara (Manusia hidup di dunia harus mengusahakan keselamatan, kebahagiaan dan kesejahteraan; serta memberantas sifat angkara murka, serakah dan tamak).

17. Aja Adigang, Adigung, Adiguna (Jangan sok kuasa, sok besar, sok sakti).

18. Memayu hayuning bawana (melindungi bagi kehidupan dunia)

19. Sukeng tyas yen den hita (suka/bersedia menerima nasihat, kritik, tegoran)

20. Jer basuki mawa beya (keberhasilan seseorang diperoleh dengan pengorbanan)

21. Ajining dhiri dumunung ing kedhaling lathi (nilai diri seseorang terletak pada gerak lidahnya)

22. Ajining sarira dumunung ing busana (nilai badaniah seseorang terletak pada pakaiannya)

23. Amemangun karyenak tyasing sesama (membuat enaknya perasaan orang lain)

24. Kridhaning ati ora bisa mbedhah kuthaning pasthi (Gejolak jiwa tidak bisa meruba kepatian)

25. Budi dayane manungsa ora bisa ngungkuli garise Kang Kuwasa (Budi daya manusia tidak bisa mengatasi takdir Yang Maha Kuasa)

26.Sura dira jayaningrat lebur dening pangastuti( kemarahan dan kebencian akan terhapus / hilang oleh sikap lemah lembut)

27. Tan ngendhak gunaning janma (tidak merendahkan kepandaian manusia)

28. Sepiro duwurmu ngudi kawruh, sepiro jeromu ngangsu ngilmu, sepiro akehe guru ngajimu tembe mburine mung arep ketemu marang sejatine awake dewe (sopo sing wus biso nemoake sedulur batine kakang kawah adi ari2 papat kiblat lima pancer, sejatine wus nemu guru sejatine )

29. Sekti tanpo aji digdoyo tanpo guru,(sudah sakti tanpa ‘pegangan’ / maksudnya tanpa jimat, aji-aji, ilmu kebatinan – dan sudah hebat tanpa berguru. )

MAKNA DAN ARTI HIDUP (Filosofi Orang Jawa)